Wednesday, July 30, 2008

Game untuk HP Gratis

Bagi yang suka mengoleksi game di handphone, boleh mencoba download dari MobileRated.

mobilerated

Site ini menyediakan lumayan banyak koleksi game dan application berbasis Java untuk berbagai tipe HP. Dan yang paling penting, semua itu gratis tis tis tis. Memang tampilan game di HP akan muncul beberapa tawaran iklan, tapi bisa kita skip.

Beerikut ini beberapa game yang layak di-download:

- 2008 World Soccer: Tampilan game ini sangat keren layaknya game main bola di VideoGame atau PC Game.


- Roller Coaster Rush: Game ini mengajak kita menjadi "braker" (tukang menjalankan rollercoaster) handal dengan menaklukkan rollercoaster di Australia, Perancis, dan Amerika Serikat.

- 4x4 Extreme Rally 3D: Lumayan buat kebut-kebutan offroad.


Selamat ber-game ria.

Tuesday, July 29, 2008

Semua ada yang mengatur

Suatu hari saya sedang membaca sebuah majalah. Tiba-tiba saya merasa tidak nyaman dengan bacaan di depan mata saya. Bukan karena topiknya, bukan pula karena bahasa dalam tulisannya. Saya mencoba mengalihkan perhatian ke hal lain. Lalu kembali mencoba membaca. Dan ketaknyamanan itu masih ada. Saya mencoba menjauhkan majalah itu dari jarak mata saya. Tiba-tiba semua terasa lebih jelas. Ya Tuhan, saya sudah seperti "kakek-kakek."

Saya menghentikan aktivitas baca saya. Dan mulai berkata pada diri sendiri. "Saat itu telah datang. Begitu cepatnya..." Salah satu tanda bertambahnya usia mulai terasa. Saya mengaca diri di cermin. Guratan kulit di atas alis... Kantung kelopak mata menggayut... Hmmm...

Saya tak hendak menafikkan kodrat. Saya hanya menyadari bahwa saya tak muda lagi. Ketakutan-ketakutan manusiawi berloncatan dari pikiran. Bagaimana seandainya ajal itu segera datang. Bagaimana dengan nasib anakku, bagaimana dengan kehidupan istriku, bagaimana dengan keluargaku... Walau sebetulnya kematian tidak ada kaitan dengan hitungan angka usia. Ia bisa datang kapan saja.

Tiba-tiba beberapa waktu lalu saya disentak curhatan serupa dari seorang teman. "Bagaimana kalau saya pergi terlebih dahulu, sementara anak-anak saya masih belum mapan. Karena selama ini saya menjadi tulang punggung keluarga." Begitu kira-kira cerita seorang teman. Lalu ia bercerita tentang usaha yang ia rintis sendiri, tanpa bantuan suami sebagai kepala keluarga. Dan cerita panjang lebar itu diakhiri dengan: "Sebetulnya saya sudah lelah."

Tentu saja, saya mencoba mengobati "luka" teman saya dengan sepotong kalimat mujarab: "Semua sudah ada yang mengatur." Kata-kata ini memang jawaban mutlak. Hanya saja, kita sering menyadarinya hanya sebagai kata-kata. Tidak lebih. Untuk menerimanya secara ikhlas, perlu usaha keras.

Saya tahu dari ceritanya, teman saya adalah jenis isteri bekerja yang sukses. Ia telah berhasil membangun usaha sendiri yang pada akhirnya menghidupi keluarganya. Menafkahi anak dan suaminya. Secara materi tidak kekurangan.

Lalu saya yakinkan teman saya, "Seorang isteri yang bekerja, sebetulnya ia tidak berkewajiban membagi hasil jerih payahnya untuk keluarga karena wanita tidak mempunyai tanggungjawab memberi nafkah keluarga. Tetapi, seandainya ia menyisihkan uangnya sedikit saja untuk keperluan keluarga... itu adalah sedekah yang tak ternilai besarnya."

"Maka ikhlaskan saja. Lillahi ta'ala."

Tentang ketakutan-ketakutan kematian itu, kita memang sering dengan congkak mengambil peran Yang mahakuasa. Seolah-olah kita tahu apa yang akan terjadi pada orang-orang terdekat sepeninggal kita. Lalu kita berandai-andai. Lalu kita menyiap-nyiapkan. Menulis skenario yang sebetulnya tak kita perlukan. Hanya suratan Tuhan-lah yang pada akhirnya berlaku.

"Semua sudah ada yang mengatur. Dan itu bukan kita."

(Untuk istriku yang selalu menjadi inspirasiku.)

Transjakarta VS The Tube


Transportasi umum di Jakarta sebetulnya sudah "menuju" nyaman. Saya sebut menuju karena belum sepenuhnya. Adanya bis transjakarta (yang sering disebut bas-we) cukup menolong juga, meski harus ada banyak perbaikan. Selain rute yang gak benar-benar steril, ada beberapa hal yang patut dibenahi, yaitu peta rute dan penunjuknya di dalam bis. Orang yang baru pertama kali menggunakan bis tije atau orang yang baru datang ke Jakarta pasti kelabakan saat menggunakan sarana ini.


Mengapa tidak mencontoh bis atau kereta underground di London. Orang yang baru pertama kali datang ke London dan menggunakan sarana transportasi ini pasti akan sangat terbantu dengan tersedianya peta kecil di dekat loket pembelian karcis dan adanya gambar rute di dalam bus yang sangat jelas dan akurat. Di bas-we memang ada gambar rute dan "suara mbak-mbak" pemberitahu halte tempat pemberhentian selanjutnya, tapi saya rasa itu sekadar ada. Tidak dimanfaatkan. Tidak dioptimalkan. Bahkan suara "mbak-mbak" itu kadang dinyalakan, kadang tidak atau kadang tidak sesuai dengan kenyataan, kecepatan atau kelambatan.
logo tije

logo underground

Rute underground di London itu sangat kompleks, banyak sekali pertemuan jalur dengan berbagai jenis kereta (ada 12 jenis kalo gak salah), tapi herannya peta kecil yang khas itu sangat membantu dan menjelaskan. Sangat komunikatif. Dan satu lagi... so stylish. Mereka rupanya sadar betul semua hal, sekecil apa pun ditata dengan penuh estetika sehingga layak dikoleksi dan bisa menjadi penanda yang unik. Bahkan informasi di website-nya sangat jelas dan membantu.

Salah satu stasiun The Tube

Mudah2an impian sarana transportasi umum yang nyaman seperti di London, Paris atau New York segera terwujud di Jakarta.


Link ke site The Tube (London Underground): The Tube


Peta TransJakarta

Link ke site bis transjakarta: TiJe

Monday, July 28, 2008

"Dark Knight" fastest to $300 million


LOS ANGELES (Reuters) - Batman buried his rivals at the North American box office for a second weekend on Sunday, racing past $300 million in a record 10 days.

The Caped Crusader's blockbuster outing, "The Dark Knight," sold an estimated $75.6 million worth of tickets during the three days beginning Friday, taking its total to $314.2 million, distributor Warner Bros. Pictures said.

A week after it scored a record-breaking $158 million opening, "The Dark Knight" added a new title to its impressive list of superlatives: the best second weekend, surpassing the holiday-boosted $72 million haul of 2004's "Shrek 2."

The $180 million movie, which stars Christian Bale as Batman and late actor Heath Ledger as the anarchic Joker, has reportedly been drawing strong repeat business, and also has piqued the interest of people who avoid superhero flicks or rarely go to the movies at all.

"The Dark Knight" now ranks as the second-biggest movie of the year, just behind the $315 million haul of "Iron Man," and the 23rd-biggest of all time.

The previous speed record for a $300 million film was 16 days set by "Pirates of the Caribbean: Dead Man's Chest" in 2006. The next target is $400 million, which took "Shrek 2" 43 days to reach. Warner Bros. distribution president Dan Fellman predicted "The Dark Knight" would take just 18 days to reach that milestone.

"Where we go from there, it's uncharted waters," Fellman said.

The last movie to break $400 million was the 2006 "Pirates of the Caribbean" movie, which ranks No. 6 on the all-time list with $423 million. The 1997 epic "Titanic" leads the field with $601 million.

Sunday, July 27, 2008

Radiohead: The Best Of

Recently I am enjoying radiohead (the best of)... Here's one of my fave songs from them,

"There There"
in pitch dark i go walking in your landscape.
broken branches trip me as i speak.

just because you feel it doesn't mean it's there.

just because you feel it doesn't mean it's there.

there's always a siren
singing you to shipwreck.
(don't reach out, don't reach out)

steer away from these rocks we'd be a walking disaster.
(don't reach out, don't reach out)
just because you feel it doesn't mean it's there.

(there's someone on your shoulder)
just because you feel it doesn't mean it's there.
(there's someone on your shoulder)

there there
why so green and lonely?
heaven sent you to me.

we are accidents
waiting waiting to happen.
we are accidents waiting waiting to happen.

Thursday, July 24, 2008

Tentang Ibu: Pertemuan Terakhir

Back to 1997... waktu itu saya akan tugas ke Jember, Jatim, provinsi kelahiran saya. Ketika mau berangkat, saya sempat telepon rumah, yang terima Bapak saya. "Pak, saya mau tugas ke Jember dan sekitarnya. Insya Allah sebelum ke Jember saya mampir ke Tuban dulu."

Karena satu hal, saya harus langsung ke Jember, tidak ke rumah dulu. Saya sempat menghubungi rumah lagi. Dan yang terima Bapak. "Gimana kabar Ibu?" tanyaku. "Alhamdulillah, baik. Hanya sedikit kurang enak basan," kata Bapakku. "Saya mau bicara sama Ibu, Pak," pintaku. Lalu jeda sejenak. "Ibu lagi tidur-tiduran," jawab Bapak. "Oh, ya sudah... salam aja," ujarku, "Tiga hari lagi saya pulang."

Setelah 2 hari tugas di Jember, ada telepon dari rumah, dan kebetulan saya hanya mendapat pesan saja dari orang di kantor cabang. (Maklum waktu itu HP belum begitu familier). Pesannya: "Ibu saya sakit, diminta pulang."

Bergegas saya pulang ke Tuban... Di perjalanan perasaan saya sudah tidak enak. Pasti ada sesuatu... Perjalanan Jember - Tuban terasa amat panjang...

Ketika memasuki kota kelahiran dan mendekati jalan tempat rumah saya berada, perasaan saya semakin tak menentu... Gambaran yang ada dalam pikiran saya tapi selalu berusaha saya tepis, menjadi kenyataan. Di depan rumah saya banyak orang berkerumun. Beberapa wanita berkerudung, yang laki-laki mengenakan peci.

"Ya Allah, Gusti yang mahakuasa... saya ikhlas Kau telah memanggil ibuku."
Hanya saja, air mata tetap saja mengalir deras...

Wednesday, July 23, 2008

Renungan di Hari Anak Nasional

Pagi ini saya nonton Nuansa Pagi di RCTI yang menampilkan feature dalam rangka Hari Anak Nasional. Dalam feature tersebut digambarkan seorang anak bernama Edi yang tinggal di Tangerang sudah tidak bersekolah lagi. Dia sempat bersekolah hingga kelas 5 SD dan karena alasan kemampuan ekonomi keluarganya, ia berhenti. Lalu ia membantu orangtuanya dengan 'angon' kerbau di sawah dan jadi buruh batu bata. Ia biasanya meng-'angon' di sawah dan ladang dekat sekolah di pagi hari. Bila anak-anak sekolah mulai berdatangan, ia berpindah ke tempat yang agak jauh.

Ketika pembawa acara menanyakan apakah ia masih ingin sekolah. Edi menjawab dengan mata menerawang dan berkaca-kaca: "Ya, ingin..." Dan kalau melihat teman-teman sekolah gimana? "Sedih."

Hmmmm sedih juga mendengarnya... Di negara yang 'makmur' ini, masih banyak anak-anak seperti Edi yang tidak mampu mengenyam pendidikan. Bahkan di usia masih bocah, ia harus bekerja membanting tulang demi membantu ekonomi keluarga.

Sementara di luar sana, bapak-bapak dan ibu-ibu 'yang terhormat' sibuk mencari akal menyelamatkan dana milyaran rupiah agar tidak tertangkap KPK. Edi dan teman-temannya sibuk mencetak batu bata yang upahnya hanya 30ribu rupiah untuk 1.000 batu bata.

Coba kita renungkan...

Tuesday, July 22, 2008

Mereknya ternyata ....

Ngomong-ngomong tentang Bandung, waktu ibu saya pertama kali jenguk saya kost di Bandung, saya antar deh jalan2 di pusat perbelanjaan di Bandung. Biasalah, namanya ibu-ibu melihat barang2 serba bagus dan murah di bandung langsung kalap. Beli ini, beli itu. "Ih murah nih," ujarnya penuh semangat.

Waktu bongkar hasil belanjaan, ibu dengan bangga memamerkan beberapa pasang bra (saya sebut pasangan ya? Kalo ngga, ntar cuma separo...). "Biasanya gak boleh nih bra merek ini dengan harga segini," kata ibu saya penuh rasa kemenangan.


Lalu saya iseng-iseng ikut memeriksa bra itu, siapa tau ada yang pas buat... ehm... ehm... bukan buat saya tentu saja. Setelah saya periksa-periksa, mata saya tertuju pada tulisan mereknya. Sepintas mirip banget tuh sama "Triumph." Tapi, setelah disimak dengan seksama ternyata... "Trampil"!!! Hwakakakakak...

PS: emang sih itu tempat buat tangan-tangan yang trampil...

Mie Kocok Paling Uenak (Rekomendasi Teman Gw)


Pada suatu sore yang melelahkan, terjadi 'obrolan tukang cendol' di YM antara gw dan teman gwyang sama2 alumni bandung. Berikut ini live reportnya!

djadjasubagdja: mie kocok haji amsar is the best
djadjasubagdja: kalo ke bandung, dari alun-alun lurus aja ke arah barat
Dijoe: dekat apa?
Dijoe: sampe mana sudirmannya?
djadjasubagdja: sampai ampir ke batas kota
djadjasubagdja: jadi +/- 8 km dari alun-alun
djadjasubagdja: kan, dari alun-alun, perempatan banceuy terus ....
djadjasubagdja: perempatan oto iskandar dinata, terusss...
djadjasubagdja: perempatan gardu-jati, terusss
djadjasubagdja: perempatan kelenteng, teruuuus
djadjasubagdja: pertigaan pasar andir, terusssss
djadjasubagdja: pertigaan jamika, teruuuusssss
djadjasubagdja: nah, kira-kira 1 km dari pertigaan jamika ada SD Raya Barat
djadjasubagdja: nah mie kocok H. amsar ada di sebrang SD tsb
djadjasubagdja: seporsinya 15 rebu
djadjasubagdja: saya ke situ sejak kecil

Demikian, semoga bisa bermanfaat dan memenuhi selera Anda.

Friday, July 18, 2008

Twitter: What are you doing?

Ajang gaul maya terkini: twitter. Saya terprovokasi juga untuk memanfaatkannya. Twitter membuat kita bisa selalu terhubung dengan teman-teman, keluarga, dan kolega kita. Mengetahui apa yang sedang mereka lakukan.



Silakan, bila ingin mencoba: www.twitter.com dan follow saya dengan nama: didik_dj.

My twitter: http://twitter.com/didik_dj

The New York Times calls Twitter "one of the fastest-growing phenomena on the Internet." TIME Magazine says, "Twitter is on its way to becoming the next killer app," and Newsweek noted that "Suddenly, it seems as though all the world's a-twitter." What will you think?

Wednesday, July 16, 2008

Pengamen Pembawa Berkah

Pada suatu pagi.
Di atas bus kota.
Pengamen. Menyanyikan lagu-lagu rohani.
Sederhana. Bersahaja.
Menyampaikan pesan, tanpa menggurui.
Kesejukan di tengah panas kota.


Dan sebuah kutipan dari pengamen jalanan: "Sesungguhnya, orang yang bisa menangis di hadapan Allah, menyesali segala perbuatan salahnya lalu ia pergi menghadap-Nya, niscaya ia akan dijauhkan dari api neraka."

Tuesday, July 15, 2008

Make Money Taking Surveys?

Pagi ini saat membuka email, saya mendapat ad-mail (untuk memperhalus spam). Biasanya saya langsung delete emai sejenis, tapi kali ini saya tergoda untuk membukanya. Dari intro-nya, make monet taking survey ini cukup menggiurkan. Hanya dengan berpartisipasi terhadap survey, bisa dapat uang. Bayaran untuk sekali survey $10 - $40, kalau setiap hari melakukan 4 survey, seminggu akan mendapatka n tidak kurang dari $280. Hmmm... Lalu per bulan akan mendapat $1.120. Wow! Gaji bulanan yang lumayan kan?

Dalam hati berkata: Moso' seh? Tapi, untuk bisa mengikuti program ini ada uang pendaftaran sekitar $79 yang bisa dilakukan via kartu kredit atau paypal. Hmmm... agak mikir juga. Tapi, karena saya invited, saya bisa dapat kupon diskon 50%, yang berarti cuma bayar sekitar $39. Kembali tergoda? Ah, ngga ah. Gak mungkin! Segitu gampangnya dapat $1.000an sebulan. Cabut, ngga, cabut, ngga... Ah cabut aja. Eh, begitu saya mau beranjak dari window ini. Byar! Ada tampilan pop-up yang menawarkan 50% OFF dari program "Friends and Family' Special Offer yang berarti cuma bayar $17. Alah, keukeuh jumeukeuh-nya mbak sales maya ini. Akhirnya, makin kuat pendirian saya. TIDAK!!!!

Ngomong2, ada gak sih teman-teman yang punya pengalaman serupa dan menjadi kenyataan seperti janji mereka? (Godaan siluman masih beraksi, nih. He he he)

Terapi Hukuman untuk Naura

Tadi malam kami melakukan "terapi hukuman" buat Naura, anak kami. Ceritanya begini, akhir-akhir ini setelah liburan panjang, jadwal kegiatan Naura jadi berantakan. Malas belajar, enggan main piano, dan adanya main melulu serta nonton TV. Hingga tadi malam, kami setengah memaksanya untuk berlatih piano, selain karena sudah lama tidak mendengar denting alunan musik dari jemari anak semata wayang, bulan depan ia akan ujian kenaikan tingkat.

Setengah terpaksa Naura mulai beraksi di depan piano (sebetulnya Yamaha PSR-E313 aja, karena belum mampu membeli upright atau grand piano, he he he). Mulai dia memainkan "Indian War Song" dengan banyak nada yang salah, lalu "Dance of The Wooden Shoes" yang agak-agak terpeleset. Saya sempat berkomentar kalau nada-nada yang dimainkan ada yang salah. "Serius, dong Naura!"

Ketika tiba pada lagu "The Choir", ia sempat berhenti lama. "Ada apa Naura?" tanya saya. "Sedang cari kunci nada?" jawab Naura sambil mencoba-coba tuts piano dan terdengar suara yang agak gak karuan. Lama sekali ia mecoba-coba dan belum juga memulai memainkan lagu. Kami, saya dan ibunya, sempat kesal juga.

"Ya sudah, kamu di situ saja sampai bisa memainkan lagunya," ujar sang ibu. Dari lagaknya Naura agak "rewel." Nada-nada yang keluar semakin gak jelas ditingkahi dengan suara hentakan kaki dan keluhan yang membuat kami jengah.

"Jangan berdiri, kalau belum ketemu nada yang kamu cari!" titah sang bunda. Mulai deh Naura menitikkan air mata. Sebetulnya saya merasa kasihan, namun kata istri saya, "Sekali-sekali harus dikerasi dan diberi pelajaran." Hingga jam 9 malam, Naura masih ngejogrok di depan keyboard hingga akhirnya istri saya menyuruh dia mengambil air wudlu untuk shalat Isya' dan pergi tidur. Sebelumnya, sang ibu bertanya pada Naura, apa yang membuat kami meng-"hukum"-nya. Dan Naura, sepertinya, menyadari kesalahannya. Sejak saat itu kami bersepakat untuk membuat "jadwal" menonton TV dan bermain piano. Cukup 1 jam sehari nonton TV dan minimal 1/2 jam berlatih piano. Fair enough!

Sunday, July 13, 2008

LIBURAN SERU: Gak Seru!

Di penghujung liburan sekolah, kami membawa anak kami nonton film Liburan Seru, produksi Alenia. Sebelumnya, kami belum pernah membaca resensi apa pun tentang film ini. Hanya, anak saya saja yang ribut pengin nonton film ini ketika awal diputar di bioskop, tetapi baru kali ini ada kesempatan untuk nonton bareng.

Film dibuka dengan cukup meyakinkan. Pengenalan tokoh-tokoh dalam film oleh tokoh utama bernama Lana. Termasuk, ia memperkenalkan diri sebagai anak yang suka memotret. Terus ada Reno yang hobi bermain sulap, Tama yang pengin jadi detektif seperti tokoh dalam komik kegemarannya, Detektif Conan. Ada juga, Momo, saudara angkat dari Papua dan Tante Canda yang tinggal di perkebunan yang sepertinya akan berperan penting. Cukup menjanjikan keseruan.

Ternyata, pengenalan tokoh dengan berbagai karakter tersebut hanyalah pengenalan semata. Tidak lebih. Tidak menggambarkan apa-apa. Tidak memunculkan 'konflik' atau keseruan di bagian film selanjutnya. Paling sesekali Reno memainkan triknya memunculkan benda di tangannya dari balik telinga adiknya. Selebihnya, film ini datar sekali. Hampir semua adegan tidak cukup meyakinkan penonton.

Liburan seru di sebuah perkebunan di sekitar Semarang hanya membuat terbahak sesekali. Itu pun hanya karena adegan slapstik si duo penjahat, yang lama-lama berubah menjadi membosankan. Gak seru sama sekali.

Menonton film anak-anak produksi bangsa sendiri, mau tak mau harus membandingkan film anak-anak yang sempat sukses beberapa tahun lalu, Petualangan Sherina (PS). Dan ternyata, film Liburan Seru ini mengambil format sejenis . Kalau tidak mau dibilang mengekor. Mengisi liburan di luar kota, di perkebunan, tanpa sengaja terperangkap dalam "kejahatan" orang dewasa. Ada dua penjahat slapstikal (boleh dibaca: super bego) yang menjadi bulan-bulanan. Saat menonton PS, pada adegan "ngerjain" penjahat, siapa pun akan teringat adegan dalam Home Alone. Meskipun, PS tidak lebih seru dari Home Alone, tapi lumayanlah. Kali ini, Liburan Seru mengulangnya dengan sangat tidak sukses.

Ada banyak bangunan adegan awal yang ternyata tidak berkembang di bagian selanjutnya. Seperti informasi hobi memotret dari tokoh Lana yang sama sekali tidak berdampak apa-apa, kenapa mesti ada anak angkat dari Papua (hanya tempelan kelucuan orang dari daerah Ale?). Terus, tokoh Tante Canda yang digambarkan mengemudikan mobil tua yang sering mogok, ternyata tidak berkembang, Adegan mobil mogok, ya dibiarkan sebagai mobil mogok aja.

Pengulangan-pengulangan khas film Indonesia jadul juga banyak terjadi. Sudah tahu diculik, informasi ini digambarkan dalam adegan, diteriakkan, dan dibicarakan. Sama sekali tidak ada adegan menegangkan. Adegan serah terima sandra dan tebusan diulang sampai dua kali, dan gak ada seru-serunya. Cuma serah terima gitu aja. Sampai dua kali pula. Meskipun yang pertama dibuat trik, pertukaran tebusannya peta palsu. Tapi, apakah semudah itu orang dewasa dibohongi anak-anak?

Sudah tidak seru, ditambah muatan sponsor susu bubuk berinisial D yang cukup mengganggu. Sejauh yang saya perhatikan, anak-anak tertawa dan masih mau mengikuti cerita karena ada pemain anak-anak, nyanyian dan kelucuan slapstik. Beberapa penonton dewasa walk-out sebelum film berakhir. Bahkan anak saya sempat mempertanyakan: "Kenapa waktu tuker-tukeran hadiah dengan Baja (anak desa), mereka ngasih PSP (PlayStation Portable) sih?" Saya sempat tersenyum, iya ya... selain mahal, apa korelasinya dalam cerita itu? Saya sempat berpikir, apakah film ini juga disponsori Sony PlayStation? Meskipun, dalam kenyataan sebenarnya hal itu bisa saja terjadi, tapi ini adegan film. Seharusnya, gak ada adegan yang sia-sia. Begitu kata guru menulis skrip saya.

Akhirnya, ya sudahlah... Namanya juga usaha. Di tengah banjir film hantu-hantuan dan kisah cinta remaja, masih ada yang mau bikin film anak-anak.

Thursday, July 10, 2008

Memilih Nama Anak

Melanjutkan obrolan tentang pemberian nama anak, setiap orang tua pasti menginginkan nama terbaik buat anaknya. Karena kita percaya nama adalah doa, harapan, dan hadiah kecil rasa bahagia buat sang anak dari orangtua. Nama akan selalu dibawa sang anak sepanjang hayat. Dan hanya itu hal pertama yang mampu dilakukan orangtua. Hadiah, harapan, dan doa.

Memang ada adat dari daerah Sumatra Utara (bagian mana saya tidak jelas) yang memberi nama anaknya berdasarkan apa yang pertama kali dilihat sang ibu saat melahirkan. Misalnya, saat itu melihat meja, maka anaknya akan diberi nama Meja. Wow, keren dong. Seperti nama seorang penyanyi luar yang sempat kondang dengan lagunya "It's all about the money." Nama itu sering dilafalkan Me-ha.

Lalu bagaimana kalau saat itu sang ibu melihat sesuatu yang agak wagu kalau jadi nama? Misalnya, saat itu melintas seorang banci. Apa lalu sang anak diberi nama Banci, kasihan banget tuh anak.

Lain si Sumut, lain pula di Jawa. Orang-orang Jawa kuno ada yang percaya berat/ringan nama. Jadi, ada anak yang dianggap menyandang nama terlalu berat yang berakibat suka sakit-sakitan atau sering mendapat musibah. Oleh karena itu, mereka perlu mengganti nama atau menambahkan sepenggal kata untuk meringankannya. Saya dan saudara saya sempat mengalami hal ini. Nama depan saya waktu lahir adalah Arif. Sebuah "doa" yang bagus sebetulnya. Oleh karena, waktu kecil saya sering sakit-sakitan, lalu beberapa "orang pintar" menyarankan ganti nama seperti sekarang. Nama depan: Didik.

Terus, kakak saya yang bernama Pramono waktu muda (ABG) sangat nakal, lalu disarankan untuk menambah nama menjadi: Pramono Djati. Hasilnya? Alhamdulillah, jadi lebih baik. He he he... Kebtulan aja atau apa namanya?

Saya kadang-kadang menganggap bahwa nama saya tidak punya arti selain arti kata "didik" dalam bahasa Indonesia dan terlalu "pasaran." Lalu saya coba-coba mencari arti dari berbagai primbon nama. Hingga saya temukan di salah satu buku bahwa nama Didi (atau Didik, kalau orang Jawa) berasal dari kata "Jeddediah" (bhs Ibrani) yang berarti kekasih Tuhan. Hmmm... lumayan keren. Lalu disambung dengan Djunaedi yang dalam bahasa Arab kurang lebih bisa diartikan "tentara" atau "pejuang." Wah, alhamdulillah ternyata "doa" orang tua saya adalah agar saya menjadi pejuang yang dikasihi Allah. Amiin.

Ada satu situs yang mudah-mudahan sangat membantu orangtua yang ingin memilih nama anak. Situs ini memuat cukup banyak nama dari berbagai bahasa, bahkan bahasa Indonesia dan Jawa juga ada.

Link: Behind The Name

Wednesday, July 09, 2008

Nama-nama Anak Mewakili Jaman

Minggu ini menyeruak berita kelahiran anak perempuan Nicole Kidman dan Keith Urban yang diberi nama Sunday Rose. Nama yang agak aneh, bahkan menurut ukuran orang Amerika atau Barat. Katanya sih, di Amerika memang sedang musim orang tua memberi nama bayi-bayi mereka dengan nama-nama yang tak biasa.

Contoh nama tak biasa lain adalah anak Gwyneth Paltrow - Chris Martin, Apple Blythe Alison yang berbau buah-buahan, anak Sting - Frances Tomelty yang beraroma warna, Fuchsia Catherine dan anak Jamie Oliver (si juru masak kondang) dengan Juliette Norton yang berbau tanaman, Poppy Honey.

Kalau di Indonesia, sempat juga muncul nama aneh seperti anaknya Melly - Anto Hoed, Anak Lelaki (kalau gak salah). Dulu saya juga punya teman yang namanya antik, Muda Harapan dan Jenjang Gelora. Orang tuanya memang super kreatif.

Di Amerika sempat tercatat nama-nama populer pada zamannya. Pada era 1950an katanya nama-nama populer adalah:

1. James / Linda
2. Robert / Mary
3. John / Patricia
4. Michael / Barbara
5. David / Susan
6. William / Nancy
7. Richard / Deborah
8. Thomas / Sandra
9. Charles / Carol
10. Gary / Kathleen

Dan tahun lalu yang populer adalah:

1. Jacob / Emily
2. Michael / Isabella
3. Ethan / Emma
4. Joshua / Ava
5. Daniel / Madison
6. Christopher / Sophia
7. Anthony / Olivia
8. William / Abigail
9. Matthew / Hannah
10. Andrew / Elizabeth

Begitu menurut catatan US Social Security Administration. Kalau di Indonesia mungkin bisa dilihat beberapa waktu lalu sempat populer nama-nama seperti: Salsabila, Zahra, Nasywa, Dea, Nadira, Amelia untuk perempuan dan nama-nama Raihan, Daffa, dan Farrel untuk laki-laki.

Film-film dan nama selebriti, seperti juga di Amerika, di Indonesia juga banyak mempengaruhi pemberian nama anak. AADC mungkin mempopulerkan nama Rangga dan Cinta, terus Ayat-ayat Cinta mungkin akan mencuatkan kembali nama Aisya dan Noura atau Naura (kebetulan anakku bernama sama, tapi sudah 8 tahun lalu, lho).

Lalu ke mana nama-nama khas Indonesia (Jawa?) seperti Tukinem, Sarinah, Pariyem, Paijo, Dulkamdi, Marijan? Jangan khawatir, mode akan selalu berulang, dan nama-nama antik seperti itu pun kemungkinan akan hadir kembali. Hal ini sudah dimulai oleh Oppie Andaresta yang memanggil anaknya dengan Bejo.

Pak Freddy: Di mana Sekarang?

Mengenang masa lalu selalu menyenangkan. Demikian juga saat mendengar cerita dari teman-teman milis alumni sekolah. Ada-ada saja kelucuan, keluguan, maupun kewaguan jaman dulu yang bikin sekadar tersenyum simpul, nyegir bahkan ngakak. Hal itu bisa tentang teman-teman atau guru-guru kita.

Salah satu guru yang sampai saat ini masih "nempel" di benak saya adalah Pak Freddy Arifin, guru bahasa Inggris SMP Negeri 1 era 80an. Apa yang membuat begitu? Cara ngajar Pak Freddy ini sangat unik. Sangat teatrikal. Dia selalu hadir di kelas dengan cara-cara yang gak wajar. Tiba-tiba meloncat-loncat dari pintu kelas. Jalan mundur. Atau terlebih dahulu menjulurkan kepalanya dengan gaya kartun. Hmmm pokoknya bikin kita terbahak-bahak.

Tidak hanya cara masuk kelas. Waktu mengajar pun ia selalu bikin "ulah" yang membuat kita terhibur. Kadang-kadang ia beraksi sebagai Julius Caesar atau tokoh-tokoh terkenal lain dan mencontohkan gaya berbicara dalam bahasa Inggris. Suatu saat ia melompat ke atas meja dan berdiri di sana sambil menjelaskan grammar atau struktur kalimat. Wah pokoknya dua jam pelajaran itu terasa sangat menyenangkan. Mirip-mirip dengan tokoh guru John Keating dalam film Dead Poets Society yang dimainkan Robin Williams deh. Padahal saat itu film tersebut belum diproduksi.


Gak heran saya menempatkan Pak Freddy sebagai salah satu guru favorit sepanjang hidup saya. Setelah lama gak ketemu, saya sering bertanya-tanya di mana sekarang Pak Freddy ini? Setahu saya, saat saya SMA Pak Freddy pindah ngajar ke Jakarta atau ke kota lain. Ada yang tahu informasinya?

Tuesday, July 08, 2008

Sulapan ala Bangsa Indonesia

Beberapa waktu lalu, usai Euro Cup, ada sebuah keramaian lokal. Bukan di sebuah kota di Spanyol, negara juara tanding bola akbar setelah World Cup ini, tetapi di sebuah situs berita. Keramaian itu tidak terkait langsung dengan pertandingan, tetapi lebih pada imbasan di sekitarnya. Bukan judi yang tiba-tiba marak, bukan obrolan bola yang tiba-tiba menyeruak, tetapi komentar tentang tebakan hasil Euro Cup dari seorang yang mengaku diri "illusionist."

Banyak sekali komentar di situs berita nomor satu di Indonesia (menurut saya), dari yang berlagu arif hingga yang bernada kasar. Saya sebetulnya tidak terlalu mengikuti dari awal perihal tebakan sang ilusionis itu dan apa kaitannya dengan seorang yang, katanya, pakar multimedia hingga mereka sempat "panas" seperti terlihat di acara2 infotainment TV.

Kalau membaca berita dan komentar-komentarnya, tebakan sang ilusionis baru dibuka setelah Euro Cup berakhir. Agak aneh, memang. Dan ini yang banyak dipertanyakan para pembaca yang berkomentar. Meskipun, menurut sang ilusionis bahwa tebakan itu diletakkan dalam kotak tertutup yang dijaga ketat oleh notaris dan aparat keamanan. Saya juga masih ingat beberapa waktu silam, sang ilusionis sempat membuat atraksi menebak headline surat kabar dengan modus hampir serupa.

Saya tahu, tujuan sang ilusionis semata untuk hiburan melalui pembuktian kemampuan menebaknya. Tapi, hiburan itu rasanya jadi tidak menghibur dan biasa saja. Tidak ada hebatnya. Apa lagi, ini Indonesia, bung! Semua hal mungkin terjadi dan tidak menjadi aneh lagi. Kendati, dijaga ketat seketat apa pun, toh masih ada celah. Coba aja perhatikan aparat hukum bangsa ini. Untuk hal-hal yang jauuuuh lebih besar pun, masih bisa diselusupi, masih berani di-skenario-i dan tentu saja bisa dibayar. Apalagi hal yang sekadar tebakan main-main seperti itu.

Makanya, selama ini saya tidak pernah heran dengan sulapan atau atraksi yang dilakukan oleh pesulap, ilusionis, mentalis atau apa saja namanya. Apa lagi kalau itu dilakukan di televisi. Semuanya jadi serba mungkin dan ada celah untuk diakali. Sekali lagi, ingat: Ini Indonesia, bung!
Di luar sana, kenyataan sehari-hari, jauh lebih "menghibur". Lebih ajaib. Lebih luar biasa. Dan, tentu saja, lebih mengenaskan. Ini baru "sulapan" super dahsyat dan mencengangkan.
Loading...
Winamp windows Media Player Real Player QuickTime Web Proxy
Song (artist/title):
Dedicated to:
Your name:
Your E-mail: