Wednesday, May 28, 2008

Bapak bangga...

Saat saya pulang kerja, tiba-tiba Naura memamerkan hasil karyanya. Sebuah celengan dari kaleng bekas permen. Kaleng itu dibalut kertas kado dan dihiasi pernak-pernik. Dan di bagian atasnya yang bertutup plastik diberi lubang untuk memasukkan koin. Lalu ia menjelaskan desainnya itu. Dengan antusias ia menceritakan bahwa warna manik-maniknya "matching" dengan warna bunga kecil, lalu lubang tempat memasukkan koin ia rancang seperti mulut tersenyum mirip "mr smiley" lengkap dengan sepasang mata dan hidung dari kancing. Hmmm ok juga, pikirku. 

Kemudian ia memberitahukan bahwa desainnya itu dinilai oleh ibu gurunya 9. Dan  ia terlihat senang sekali. "Baru sekarang aku dapat 9, biasanya 8 atau 7," celotehnya. Saat itu saya hanya menanggapinya dengan pujian: "Hebat!" 

Keesokan pagi ketika saya perhatikan hasil karya Naura yang bertengger di sebelah radio, dalam hati saya berkata, berapa pun nilai yang kamu dapatkan, saya tetap bangga atas usahamu, nak. Ngga usah terlalu memikirkan angka-angka. Yang penting kamu sudah berupaya untuk membuat yang terbaik. Dan kali ini, memang gagasan untuk hasil karyamu ini sungguh baik walau pembuatannya masih agak kasar, tempelan di sana-sini terlihat kurang rapi. Gak papa Bapak bangga...  

Saturday, May 24, 2008

Ada Kampoeng Tempo Doeloe di JFFF08



Sejak tanggal 15 hingga 25 Mei di seputar Kelapa Gading sedang ada kemeriahan tahunan bertajuk Jakarta Fashion & Food Festival. Di antara beberapa segmen acara yang lain, ada Kampoeng Tempo Doeloe. Segmen ini semacam bazaar makanan dan pernak-pernik kuno. Kuno untuk makanan dalam hal ini yang dimaksud adalah jajajan/penganan tradisional yang biasanya dijajakan di pinggir jalan atau di kampung-kampung secara berkeliling.

Nama-nama seperti tahu gejrot, asinan, kue cubit, toge goreng, cakwe medan, bubur lemu, berbaur dengan bakso ciragil, martabak medan, es krim duren. Semua dijajakan oleh abang-abang dan ibu-ibu di gubuk-gubuk beratap jerami dalam lingkungan La Piazza yang modern. Semua hal yang berbau tradisional ini dilingkupi oleh cafe-cafe yang mencirikan modernitas seperti Pizza Hut, Starbucks, Chatter Box dan nama-nama lain yang mentereng.

Seperti mengenang masa lalu/masa kecil atau kembali ke suasana "ndeso", pengunjung tua muda yang berdandan ala kekinian menikmati makanan dan suasana baheula. Lucunya lagi, kita harus menukar uang kita di kasir dengan uang "tempo doeloe" dengan kurs Rp1.000,00 = 1,- uang tempo doeloe yang merupakan repro dari uang zaman dulu. Pecahannya ada 1, 5, 10, 20.

Selain makanan, ada juga stand yang menjajakan mainan anak-anak jadul, seperti kapal otok-otok yang pakai api bisa jalan muter-muter (ingat?), bekel, ular-ularan, yoyo kayu, gasing, dan beberapa mainan yang sekarang jarang kita temukan. Jajanan masa kecil seperti telur cicak, permen jadul, gulali, arum manis, dan nting-nting juga ada.

Hmmm di tengah Kelapa Gading yang semakin sesak dan gegap gempita kehidupan metropolitan ada oase yang menyuguhkan suasana yang seakan mengajak kita kembali ke era beberapa dasa warsa yang sudah-sudah. Meski cuma 10 hari, mungkin membuat refresh pikiran dan hati kita.

Selamat menikmati sebagian foto-foto suasana Kampoeng Tempo Doeloe:




Friday, May 23, 2008

Reuni di Kampoeng Tempo Doeloe

At last, setelah sekitar 12 tahun... kami bertemu sang penemu Sumi: Endang Setyati.Gw setelah nunggu dari jam 17 teng, setelah keliling Kampoeng Tempo Doeloe di La Piazza (salah satu segmen dari event Jakarta Fashion dan Food Festival), makan kerak telor, bubur lemu, tahu gejrot, cakwe Medan, sate Padang Mak Syukur, Bakso Ciragil, Es duren., jam 20 mereka baru pada datang (Endang dan Yani). Satu komentar untuk Endang... doi tambah...makmur aja alias ehm, ehm... jadi gak enak ngomongnya. U know what I mean lah.

Sementara Yani tetap seperti dulu (sambil nyanyi: "Aku masih seperti yang dulu..."): rame, seru, dan secara fisik kaya'nya gak berubah. Sebetulnya, gw udah harus cabut dari Kelapa Gading karena ada acara berikutnya di tempat lain. Tapi, Yani dan Endang meng-gondeli-ku hingga aku harus melayani mereka berdua. Hugh... siapa takut?

Reuni kecil2an ini diawali dengan basa-basi biasa: kabar, status, anak etc. Hingga akhirnya sampe pada cerita mengenang "jaman kegelapan" dan kejadian-kejadian tak terlupakan di masa lampau. Beberapa cerita ternyata aku sempat terlewatkan dan Endang menceritakannya dengan penuh semangat. Ada yang ujian pake konde, terus ada "secret admirer" di antara teman-teman kita. Swear, I didn't know that, guys. Maklum , saat itu gw bukan anggota gossip girls. Kalo ada Eras mungkin daftar ceritanya akan tambah seru, kale... Ya iya lah... masa ya iya dong. Mulan aja Jameelah, bukan Jamil-dong. Ya iya sih, masa ya iya deh... Makanya Titi Qadarsih, bukan Titi Qadar-deh.

Ujung-ujungnya kita menemukan The Most DOYID (Daftar Orang Yang Ingin Ditemukan): Desrias dan Erna Damayanti. Yang pertama memang benar-benar gak pernah kita ketahui kabarnya dan yang kedua sempat kita ketahui profilnya secara doi sempat ngetop (Yani aja pernah baca tt doi di Femina), tapi sekarang gak katahuan rimbanya.

Oleh karena itu, Ibu Hajjah Endang Setyati akan memberikan hadiah umroh buat siapa aja yang berhasil menemukan mereka. Bukan begitu, Ibu? Tapi dengan syarat mengajak 18 orang lain untuk pergi umroh melalui biro travel miliknya. Weleh weleh

OK deh, yang jelas reuni kecil-kecilan itu sungguh menyegarkan kenangan masa lalu...