Istriku lalu memperlihatkan lembaran kertas itu pada saya. Seketika berkelebatan pikiran dalam benak saya. Mungkin bukan Naura sendiri yang menulis, begitu pikirku, sambil mencermati bentuk dan model tulisannya. Tapi, saya tidak dapat mengenali tulisan siapa itu sebenarnya selain memang bentuk tulisan anak-anak. Pikiran lain berkata, seandainya memang Naura, pasti itu hanya main-main. Main-main yang seperti apa ya? Begitu pikiran saya berlanjut. Lalu saya bertanya-tanya dan membuka memori lama, anak seumuran itu apakah sudah mulai mengenal "cinta"? Konsep cinta lawan jenis seperti ap
akah yang ada di benak mereka?
Saya kembali teringat beberapa minggu sebelum peristiwa penemuan lembar kertas "cinta" itu, saya menerima sebuah telepon dari bocah lelaki menanyakan tentang anak saya (yang kebetulan sedang tidak ada di rumah). Dengan ragu-ragu ia menyebutkan sebuah nama, ketika saya menanyakan identitas penelepon. Ketika saya konfirmasi pada Naura perihal nama penelepon itu, Naura hanya mengatakan bahwa itu adalah teman sekolah. "Ada apa ya kira-kira dia menelepon?" tanya saya pada Naura. "Gak tau, tuh," jawab Naura singkat.
Semua pertanyaan dan pikiran itu bermunculan, karena saya tidak ingin salah dalam menghadapi situasi seperti ini. Hal ini mungkin peristiwa biasa dan normal, tapi sebagai orangtua, kami ingin mempersiapkan sebaik-baiknya pertumbuhan dan perkembangan anak kami, secara kejiwaan dan agama.
Teman-teman, ada yang pernah mengalami hal serupa? Sok atuh sharing...