Friday, January 28, 2005

TiJe Riding Experience

Sore itu, sekitar pukul 4.30, gw pulang meeting dari Plaza Indonesia. Gw mo pulang pake 'tije' (aka busway) tapi omg, penuhnya minta ampun. Gw udah telanjur beli tiket, mau pake jalur biasa, males naik turun tangganya. Setelah nunggu sekitar 20 menit, antrian ngga juga berkurang. Yang ada, orang semakin banyak berdatangan utk
pulang ke arah Blok M.

Gw mikir, gimana caranya bisa dapat duduk (atau at least masuk nih tije). Saking udah ngga sabar dengan desakan manusia dan pengapnya suasana, tuing! tiba-tiba ada ide terlintas. Langsung gw sibak kerumunan orang dan berbalik ke antrean yg menuju Kota. Di sana cuma ada 4-5 orang. Gw ikut ngantri di sana.

Ngga lama kemudian, si tije yg ke Kota datang. Dengan suka cita gw naik dan dapat tempat duduk. Sempat gw lirik beberapa orang yg senasib dalam antrean ke Blok M. Mereka agak sedikit mengerenyitkan dahi. "Gila nih orang," pikirnya, mungkin. "Tadi ikut antrean di sini kok tiba-tiba berpindah jalur."

Halte demi halte dilalui oleh tije yg gw naiki. Gw melongok di setiap halte. Tapi yg lebih penting gw perhatiin tije yang berlawanan arah (ke Blok M). Sampai di Monas, gw lihat tije masih penuh, ngga ada tempat duduk tersisa. Hingga sampai di Glodok, gw putuskan untuk turun. Dengan lega, gw berjalan menuju antrean ke arah Blok M. Ngga lama kemudian tije datang dg kondisi menyisakan beberapa tempat duduk. Suka cita gw berlari dan mengambil tempat duduk itu. Thanks, God. Usaha ini akhirnya berhasil.

Ketika tije ke Blok M ini melewati Plaza Indonesia, gw lirik beberapa orang yang tadi masih dalam antrean. Gw lihat beberapa orang mulai teriak2 dan gedor-gedor dinding kaca. Dalam hati, gw merasa lega, di sisi lain merasa kasian pada mereka.

Ketika Tije sampai di Karet, ada seorang ibu masuk ke tije yg gw naiki. Berdesak-desakan, sampai ia tiba di hadapan gw. Ibu ini gendut banget dengan bawaan segambreng. Ya ampun, dasar ibu-ibu! naik bus yg penuh gini juga masih bawa tentengan yang bejibun. Ia mengibas-ngibaskan rambut pendeknya. Keringat mengucur dari dahinya. Gw tersentak! Ibu ini ternyata sedang mengandung. Setelah perasaan dalam hati bergulat, antara ngasihin tempat duduk gw ato ngga, gw sampai pada kesimpulan: "Silakan, Bu!" dengan sedikit hati kecut. Tapi, gw rela kok, serela-relanya.

Tips:
Kalo menggunakan trik balik arah seperti gw, jangan sampai di Halte Kota, soalnya di sana sudah tidak ada halte penghubung. Artinya, lo harus beli tiket lagi. Perhatiin juga, ada beberapa halte yg penghubungnya terpisah.

*tije = TJ (Trans Jakarta)

2 comments:

Anonymous said...

Funny! LOL .... I might try the trick some time. Keep up the good work, Dikko. (Mike, jkt)

Anonymous said...

Gw juga suka gitu, tau! (CC)