Wednesday, August 06, 2008

Curhat Colongan Naura

Malam itu kami, saya dan istri, sedang mempersiapkan acara lomba tujuhbelasan di lingkungan yang memang sudah menjadi agenda tahunan. Salah satu lombanya adalah menghias topeng untuk anak kelas 2 dan 3 SD. Kami lalu berembug tentang warna topeng dan segala pernak-pernik untuk menghiasnya.

Naura, anak kami, yang akan turut menjadi peserta mendengar materi yang akan dilombakan. Tiba-tiba dia protes karena warna topeng yang akan kami gunakan adalah hitam. Keputusan memilih warna topeng ini bertujuan menantang kreativitas anak-anak.

Kami lalu menjelaskan alasan tersebut. Naura tidak bisa terima dan memberi alasannya sendiri. Menurutnya, warna hitam sulit diwarnai dan tidak akan jadi bagus nantinya. Lalu kami menjelaskan yang intinya itu tadi: "semakin sulit, semakin menantang kreativitas."

Naura masih tidak bisa terima dan berkata-kata dengan menangis sesenggukan. Ia menambahkan alasan mengapa ia menolak warna hitam, "Saya tidak akan menang kalau topengnya hitam!"

"Gak papa, Nak, kalau kamu tidak menang nantinya," ujar kami, "Yang penting kamu sudah berusaha."

"Gak mau!" teriak Naura sambil masih sesenggukan.

"Kalau Naura merasa tidak bisa, gak ikut juga gak papa,"

"Nggak, nggak mau!"

Dan kata-kata yang sempat terlontar di antara tangisan Naura berikutnya sungguh mengagetkan saya.

"Selama ini saya di kelas selalu kalah... Kenapa Haula (teman Naura) yang selalu juara! Huk huk huk."

Blar!!! Kata-kata itu begitu menyentak. Sebuah "curhat colongan" dari Naura. Jadi selama ini Naura merasa sebagai "pecundang" di kelas. Padahal kami gak pernah memaksanya menjadi "juara" atau semacamnya.

Kami sudah bangga dengan apa yang telah kamu lakukan, Nak. Dengan menunjukkan usahamu dan berniat untuk menjadi anak yang solehah sudah cukup bagi kami.

1 comment:

Ruben nurdiasmanto said...
This comment has been removed by a blog administrator.