Sunday, August 31, 2008

Koneksi Dunia Maya di Tuban

Waktu pulkam kemarin, saya merasa ada perubahan besar terhadap kota tercinta, Tuban. Not phisically but cyberly. Secara fisik, Tuban masih seperti tahun lalu, terakhir saya pulang. Jalan-jalan masih sama, paling tambah beberapa bangunan di sana sini, bukan gedung-gedung tinggi tapi ruko-ruko dan beberapa rumah yang telah direnovasi.

Yang saya maksud perubahan cyberly adalah kemudahan akses internet di beberapa titik di kota tua ini. Di alun-alun sudah dipasang wi-fi sehingga kita bisa membawa laptop dan terhubung ke dunia maya dengan cuma-cuma. Wuihh... keren kan? Dengar-dengar, seluruh alun-alun kabupaten di Jawa Timur sudah menjadi hot-spot gratisan.

Saat mendengar kabar itu sebelum kepergian ke Tuban, saya sudah mempersiapkan membawa piranti penjelajahan ke alam maya. Apa lagi, saat itu saya sedang dikejar deadline ngedit buku dari sebuah penerbit besar berinisial G. Tak lupa saya membawa sim card cadangan, just in case wi-fi di Tuban ngadat atau ternyata kabar yang saya dengar itu cuma isapan jempol kaki gajah.

Hari pertama datang ke rumah, setelah menyelesaikan urusan ono-ini dengan keluarga, saya berniat mencoba kenikmatan dunia (boleh ditambah maya juga) ini. Sore hari bersiaplah saya menuju alun-alun yang letaknya sebetulnya gak terlalu jauh dari rumah. Mana ada sih jarak yang jauh di Tuban. Tapi, iseng-iseng saya nyalakan laptop dan tombol pencari jaringan (namanya apa ya ini dalam bahasa kerennya?) dulu di kamar rumah. Dan kling... tertangkap sebuah jaringan "nirkawat". Coba tebak dari mana? Ternyata dari SMA Negeri 1 tercinta, yang letaknya memang tidak terlalu jauh dari rumah. Meskipun tanda kekuatan jaringan-nya cuma 1 strip, saya coba untuk menghubungkan diri. Lalu saya buka penjelajah maya "rubah api". Voila, it works! It works!

Ya sudah akhirnya saya putuskan untuk kerja dan mengirim "surel" (surat elektronik) - wuih sudah lama saya gak pakai istilah ini - di rumah aja. Gak perlu ke alun-alun.

Gak nyangka, di kota sekecil Tuban saya menemukan saluran penghubung ke seluruh dunia. Melebihi apa yang saya alami saat muda dulu. Waktu itu saya menemukan penghubung ke dunia di luar Tuban hanya dari koran, majalah dan radio. Kini, saya tidak cuma bergaul dengan Jakarta dan Indonesia, tapi dengan seluruh dunia secara GRATIS. Dunia ini memang terasa semakin kecil ...

1 comment:

Ratih Soe said...

Seharusnya Bang Foke malu...