Monday, June 30, 2008
Seafood Bikin Nyut-Nyut
Kami segera larut dalam makanan laut diselingi kata-kata bersahut. Nikmat terasa di ujung mulut. Tapi, kenapa kok tiba-tiba kepalaku mak nyut-nyut. Segera saya meminta minyak angin dari mbak Tutut. Eh bukan, Bu Marlin yang lumayan imut. Dengan harapan, sakit kepala ini segera beringsut.
Sungguh terharu, teman-teman pendekar ini begitu perhatian. Ada yang menyangka, ini disebabkan asam urat di badan. Sementara yang lain menduga karena kolesterol sialan. Aku sungguh tak tahu mana yang benar di antara kalian. Yang jelas pusing ini semakin tak kuasa ku tahan.
Bu Marlin pun mengusulkan untuk makan mentimun. Agar pusing hilang lambat laun. Ternyata, alhamdulillah, kepala ini sakitnya menurun. Hingga bisa gelak tawaku mengalun.
Saya belum pernah mengalami hal serupa. Mungkin karena akhir-akhir ini jarang olah raga. Hingga kesehatan badan tidak terjaga.
Friday, June 27, 2008
Chatting di mana pun, kapan pun
Berikut ini tempat mengunduh beberapa software untuk kebutuhan itu:
YehBA di www.yehba.com
ymtiny di www.getjar.com/products/11716/YMTiny
agile-mobile di www.agilemobile.com
Anda bisa mengunduh sw di atas melalui PC atau langsung di HP yang gprs-nya sudah diaktifkan. Setelah dapat salah satu sw di atas, kalau mengunduh dari PC masukkan ke HP via kabel data atau bluetooth/infrared. Kalau mengunduhnya dari HP bisa langsung di-klik deh.
Setelah itu, seperti halnya YMan di PC, masukkan ID dan password. Mudah dan sederhana! Selamat ber-YM ria.
Thursday, June 26, 2008
Buku Itu Mahal. Oh ya?
Beberapa hari terakhir, saya sempat mendengar dan membaca informasi bahwa pemerintah menyediakan BPE (buku pelajaran elektronik) yang siap diunduh dan dapat digunakan sebagai bahan ajar di sekolah. Terlepas dari segala kontroversi di seputarnya dan kecurigaan "proyek" yang menguntungkan kalangan tertentu dan merugikan pihak lain, saya acungi jempol untuk upaya penyediaan buku murah ini. Walau, jangkauan pemanfaat BPE ini mungkin masih terbatas oleh kendala internet dan pencetakannya.
Hingga saat ini, saya masih sempat mendengar keluhan bahwa buku (pelajaran) itu mahal. Saya menyadari, di tengah kondisi ekonomi seperti sekarang, semua hal jadi terasa mahal. Biaya transportasi, biaya makan, biaya sandang, biaya papan dan seterusnya. Tapi, kenapa biaya buku (sekali lagi, pelajaran) hampir selalu dikeluhkan sepanjang zaman.
Coba sekarang mari kita berhitung dan sedikit membuka hati. Setiap tahun, ada kebutuhan untuk membeli sekitar 10 buku pelajaran yang harganya 25 ribu hingga 40 ribu rupiah. Ambil saja, rata-rata 30 ribu rupiah. Berarti butuh dana sekitar Rp300.000,00 tiap tahun. Kalau kita bagi per bulan biaya ini maka kita harus menyisihkan gak sampai Rp30.000,00 per bulan atau gak sampai Rp1.000,00 per hari. Mahalkah itu?
Coba kita bandingkan. Setiap hari kita rela mengeluarkan uang jajan Rp3.000,00 hingga Rp5.000,00 untuk anak kita. Uang jajan ini biasanya akan dibelikan es, snack, atau makanan ringan lain yang (mungkin) kandungan gizinya kurang serta malah-malah bisa mengandung "racun" yang merusak otak anak kita.
Coba lagi, sekarang kita sisihkan uang jajan itu Rp1.000,00 saja untuk menabung membeli buku setiap awal tahun pelajaran. Tidak terasa bukan?
Terasa mahalnya buku ini bukan semata karena buku memang berharga mahal, tapi lebih pada kultur kita yang masih belum menganggap pentingnya buku. Orang lebih merasa bergengsi kalau bisa makan fried chicken setiap bulan di mall, merasa telah membahagiakan anak jika membelikan mainan anak-anak yang sedang tren atau pakaian seperti yang dikenakan pemain sinetron di TV. Coba pikir, berapa dana yang dihabiskan untuk itu semua? Pikirkan manfaat dan mudlaratnya. Jauh lebih besar dibandingkan untuk menyisihkan dana buat membeli buku 'kan?
Tuesday, June 24, 2008
Sex and The City: Love or Love. (Forget the Label)
Sejak minggu lalu, penikmat bioskop disuguhi "Sex and The City (SaTC)." Majalah, koran dan media lain pasti sudah banyak berkomentar panjang lebar tentang film ini, terutama tentang fashion, lifestyle, pemerannya serta kaitannya dengan TV series yang sempat ngetop 4-5 tahun lalu.
Sebagai tontonan memang film ini adalah paket komplit. Hiburan, pemeran cantik dan ganteng, soundtrack, pakaian, gambar, tangisan, ketawa, dan refleksi. Refleksi? Yah, film seringan dan se-cheesy apa pun di Hollywood selalu bisa merefleksi kehidupan seseorang, kelompok bahkan semua orang. Ada satu, dua hal yang bisa petik. Ada misi.
Dan yang selalu membuat saya ngiler, secara saya sedang belajar nulis skrip (skenario) adalah kekuatan adegan dan dialog. Mereka mampu membuat adegan (scene) begitu efisien dan efektif. Gak ada adegan dan dialog yang sia-sia. Adegan yang muncul sebelumnya pasti akan menunjang atau menguatkan adegan lain. Sekecil apa pun adegan itu. Misalnya, dalam SaTC ada adegan asisten Carrie, Louis (Jennifer Hudson) mengembalikan kunci apartemen Carrie saat ia berhenti kerja. Carrie ingin mengembalikan gantungan kunci bertuliskan "Love" milik Louis. Lalu dijawab Louis, kurang lebih begini, "No. It's for you. I've already found my love." Dan satu kata ini adalah kunci dari inti cerita.
Dan benar saja, "Love" ini beberapa kali muncul dalam bentuk apa pun. Sepotong kata yang muncul di layar macbook Carrie. Ia menulis: Love. Lalu diubah menjadi Love... Lalu dihapus lagi dua titik di belakangnya jadi kembali: Love. Sederhana dan kena banget! Ada yang gak ngerti maksud adegan ini? Ask me for my opinion!
Lalu "Love" muncul lagi sebagai password pembuka email dari Mr Big yang sebelumnya diperintahkan Carrie pada Louis untuk disimpan dalam folder yang tidak akan pernah dibuka. Adegan-adegan ini begitu terkesan sederhana tapi mendukung inti keseluruhan cerita. Hmmm, skrip film ini mungkin bukan yang terbaik dalam sejarah Hollywood tapi membuat saya kembali membayangkan: "Seandainya semua film Indonesia, termasuk sinetron, mempunyai kekuatan itu..." Kekuatan skrip!
Monday, June 23, 2008
Smart Shopper vs Shopaholic
Mungkin, dalam beberapa kasus perilaku belanja semacam itu ada benarnya dan bisa disebut bijaksana. Tapi, bagaimana kalau setiap kali ada promosi, kita mulai tergoda untuk berbelanja tanpa peduli memang sudah saatnya untuk membeli atau sedang membutuhkan. Kalau ternyata akhirnya banyak barang tak terlalu dibutuhkan menumpuk? Nah, itu dia yang mungkin disebut shopaholic oleh Sophie Kinsella cs dalam beberapa buku chicklit-nya.
Saya memang, menurut saya sendiri, belum separah itu. Masih bisa nahan, walau sedikit-sedikit. Seperti yang terjadi kemarin. Ketika jalan-jalan di Citos, terus lihat promosi dari sebuah dept store yang bunyinya kira-kira begini: "Dapatkan voucher Rp50.000 untuk setiap pembelian Rp150.000 ..." Titik-titik selanjutnya berisi keterangan yang hurufnya kuecil-kecil (tambahan huruf u bukan salah ketik, tapi untuk menekankan). Bagian yang sering disebut Syarat dan Ketentuan ini kira-kira isinya: "Voucher bisa digunakan untuk belanja produk tertentu bertanda kuning dengan minimal belanja Rp100.000 dalam satu struk."
Hmmm salah satu bagian otak saya berkata: Lumayan juga! Eh, bagian otak yang lain mulai mengkalkulasi. Berarti sebenarnya kita harus belanja total Rp250.000 untuk dapat "keuntungan" voucher Rp50.000 tadi, yang berarti sama saja dengan diskon 20% tapi dengan syarat. Syaratnya beli produk tertentu bertanda kuning. Dan setelah saya cek, produk yang bertanda kuning itu tidak terlalu banyak dan termasuk yang "out of date." Ribet! Ribet! Dan ini saya kategorikan "jebakan spiderman."
Saat itu memang saya mau membeli produk yang harganya Rp149.000. Si mbak SPG menyarankan untuk menambahi belanjaan sedikit aja untuk mendapatkan "keuntungan" Rp50.000. Hmmm, saya jawab "Sorry, I am a smart shopper. Gak bakal tergoda dengan jebakan itu." Tapi itu hanya saya katakan pada sisi otakku yang bilang lumayan tadi. So, TGIF. Thank God It's Friday? Nope, Ternyata Gue Imang Finter. Hwakakakak!!! (Narsis #5)
Friday, June 20, 2008
Sayembara Penulisan Naskah Pengayaan
http://sibi.or.id/
Wednesday, June 18, 2008
Tips: Cara Ngetik Angka di Hape
Beberapa minggu lalu, seorang teman melihat perilaku saya itu dan menyarankan untuk menggunakan cara yang lebih sederhana dan, tentu saja, lebih mudah. "Tekan saja sesaat lebih lama tombol yang memuat angka yang kita maksud," begitu kira-kira ujar teman itu. Dah, voila! It works. It works. He he he...
Contoh: Untuk mengetik angka 1 di layar SMS, kita hanya perlu menekan tombol 1 lebih lama, demikian juga untuk angka-angka yang lain.
Tuesday, June 17, 2008
A brief history of Pi Theng
Menurut saya, nama itu berasal dari WAHYU PITHENG. Pada Tahun 80an, di Tuban ada 3 gedung bioskop, yaitu Pusaka (yg paling tua), Tuban Theater (waktu itu yg terlihat modern), terus Wahyu Theater yang sangat sangat murah ....
Biasanya pilem yg sudah diputar di Pusaka dan Tuban Theater, beberapa minggu atau bulan kemudian baru diputar di Wahyu Theater (jadis emacam pilem seken... he he he). Kalo sekarang (beberapa waktu lalu) ada konsep nomat (nonton hemat), nah Wahyu Theater ini adalah nomat-nya jaman dulu.
Kalo di Pusaka dan Tuban Theater tempat duduknya berundak-undak seperti layaknya bioskop sekarang, di Wahyu undakannya dari tempat duduknya, bukan lantainya. Jadi di bagian depan pake kursi lipat dari kayu (sekarang masih ada gak ya? Sekarang khan kebanyakan kursi lipat dari besi) terus bagian belakang pake kursi panjang dari kayu dan bambu yang kaki kursinya tinggi. Jadi kalo naik ke kursi mesti manjat dulu. He he he kebayang gak rekosonya. Udah gitu banyak "tinggi"-nya pula. Lengkap sudah penderitaan kalo nonton di Wahyu. Tapi semua sudah maklum mengingat bayarnya juga murah.
Nah, dari murahnya itulah, orang-orang sering memelesetkan nama Wahyu Theater menjadi Wahyu Pitheng dan sering cuma disebut PITHENG*.
* Maaf, bagi yang bukan warga Tuban, informasi ini mungkin gak terlalu relevan. Sekadar info: Pi Theng terletak di dekat perempatan Jl. Basuki Rahmat-Jl. WR Supratman-Jl. Patimura-Jl. Seleko.
Thursday, June 12, 2008
Kata-kata khas Tuban
Sebagian di antaranya adalah:
mbadaki = cuek, EGP
genjong = angkat
njongok = duduk
kocak = tumpah (air)
sindir = penari tayub
kethek ogleng = topeng monyet
gudir = agar-agar
blendhung = camilan/penganan dari jagung
Pelas = bakwan jagung
Menyok = singkong
Ote-ote = bakwan
bendoyo = timun rebus
Wuih, jadi ingat masa lalu di kampung. Aku sendiri sudah jarang memakainya, kecuali kata pelas yang sekarang jadi bahasa 'nasional' di rumah karena bakwan jagung terlalu panjang.
Wednesday, June 11, 2008
Layanan SonyEricsson Menjengkelkan
Ceritanya begini, pada 21 Maret 2008 keponakan saya beli HP Sony Ericsson (SE) seri W380i yang baru saja diluncurkan. Sekitar dua minggu kemudian, HP itu mati total.
Lalu, pada 7 April 2008 handset itu saya bawa ke showroom SE Bulevar Raya Kelapa Gading, Jakarta Utara diterima oleh Sdr. Yasser. Oleh karena masih dalam masa garansi dan ada janji perbaikan dalam 3 (tiga) hari dari Sony Ericsson seperti yang dinyatakan dalam poster dan brosurnya, saya pulang dengan rasa lega.
Setelah tiga hari masa perbaikan, saya mendapat kabar melalui SMS bahwa handset tersebut tidak bisa diperbaiki di showroom dan harus dibawa ke kantor pusat SE. Saat itu saya merasa agak sedikit kecewa mengingat janji perbaikan 3 hari itu ternyata hanya slogan semata. Akan tetapi, saya masih bisa menahan diri.
Setelah sebulan dalam masa perbaikan di kantor pusat SE, saya datang ke showroom SE Bulevar Raya dan ternyata perbaikan masih belum selesai dengan alasan pesawat itu termasuk keluaran baru dan teknisi memerlukan waktu cukup lama untuk memperbaikinya. Karyawan di showroom itu berjanji akan menghubungi saya apabila perbaikan telah selesai.
Setelah beberapa hari tidak ada kabar dari pihak SE, saya datang kembali ke showroom dan ternyata perbaikan masih belum selesai dan menurut karyawan di showroom, handset akan diganti dengan handset baru dari seri yang sama tapi saat itu masih belum ada stok pengganti. Saya kembali pulang dengan tangan hampa. Setelah hampir dua bulan, saya datang kembali ke showrroom dan handset pengganti yang dijanjikan belum juga tersedia dengan alasan stok belum ada.
Hingga saya menulis postingan ini, saya belum mendapat kabar bagaimana nasib handset itu dan penggantinya. Saya benar-benar dibuat kecewa dengan pelayanan produsen handphone sebesar Sony Ericsson. Ternyata janji perbaikan 3 (tiga) hari dalam poster dan brosur itu hanya janji semata, tidak ada bukti sama sekali.
Sunday, June 08, 2008
So What Do You Do All Day: Nongkrong Bareng ...
Kita mengikuti kegiatan sang tokoh dari pagi hingga menjelang malam. Dalam perjalanan tersebut host acara mewawancarai tokoh tentang apa saja sekitar hidupnya, tentang motivasi, rahasia kesuksesannya hingga kehidupan pribadinya, bila hal itu memang layak disimak. Acara ini sebetulnya akan mudah untuk mengarah menjadi membosankan, tetapi BBC mampu meramunya menjadi tontonan yang menarik.
Dalam sebuah episode yang menampilkan Richard Branson (siapa yang gak kenal bos perusahaan raksasa Virgin ini), kita diajak menikmati perjalanan naik kereta Virgin milik sang tokoh yang sangat mewah. Kelebihan lain dari acara ini adalah kemampuan mengungkap kebiasaan sang tokoh dan tampilan tempat-tempat menarik yang sering didatangi sang tokoh. Meskipun sebetulnya ini adalah talkshow, di dalamnya ada acara travel dan (kadang-kadang) drama.
Saturday, June 07, 2008
Secret Millionaire; Miliarder Menyamar
Di sebuah episode SM menampilkan Mo Chaudry (seorang usahawan keturunan Pakistan). Ia adalah pemilik Water World, sebuah taman bermain air terbesar di Inggris. Ia datang ke UK pada usia 8 tahun dengan kemampuan berbahasa Inggris yang minim. Kini ia adalah salah satu orang terkaya di UK. Dalam episode tersebut, Mo berbaur dengan komunitas imigran asal Pakistan di Leeds. Di sana ia merasakan betapa ia telah tercerabut dari akar budaya negara asalnya. Ia menyaksikan sendiri orang-orang Pakistan yang hidup rukun menyelenggarakan kegiatan untuk masyarakat. Ada yang membentuk klub sofbol meskipun dengan dana terbatas. Ada yang membangun radio komunitas dengan peralatan seadanya. Dan yang sangat menyentuh hati, ada seorang pemilik toko elektronik rela meminjamkan sebuah radio tanpa jaminan apa pun meskipun pemilik toko itu baru mengenal Mo (tentu saja dengan identitas barunya). Sebagai sesama muslim dan berlandaskan kepercayaan, pemilik toko itu meminjamkan radio pada Mo yang saat itu menyamar sebagai orang baru di lingkungan itu.
Di akhir acara sang miliarder biasanya akan menuliskan beberapa lembar cek dari koceknya sendiri (dengan jumlah serelanya, rata2 8rb hingga 15rb pounds per lembarnya) untuk orang atau komunitas guna membantu menyelesaikan masalah mereka yang berkaitan dengan pendanaan. Demikian juga dengan Mo, ia menyerahkan beberapa lembar cek dengan jumlah bervariasi kepada klub sofbol, pelatih bela diri/fitness yang tidak menuntut bayaran, radio komunitas dan, tentu saja, pemilik toko elektronik yang murah hati itu.
Adegan terakhir ini selalu menjadi momen yang cukup menyentuh. Sang miliarder mengungkap jati dirinya pada orang-orang yang selama ini dikenalnya. Dan mereka merasa terkejut dengan kehadiran miliarder yang salama ini mereka anggap "orang biasa."
(Tentang "So What" akan saya tulis di bagian selanjutnya.)
Tuesday, June 03, 2008
Cinta Ibu: Haruskah kuminum air bekas itu?
dari sebuah baskom. Saat melihat itu anakku, Naura (7 th), berteriak: "Ih, jorok!" Saya sempat kaget dengan komentar spontannya. Lalu ia bertanya mengapa orang di TV itu melakukan ritual yang agak "aneh."
Dengan hati-hati saya berusaha menjawab pertanyaan anak saya, tanpa berusaha membuat penilaian terhadap apa yang telah dilakukan seseorang. "Ada sebuah kiasan bahwa surga ada di telapak kaki ibu. Itu hanya kiasan, nak. Yang artinya, kita harus menghormati dan berbakti pada ibu yang telah melahirkan, mendidik dan menyayangi kita."
"Lalu apakah kita harus meminum air bekas kaki ibu?" tanya Naura lagi.
"Gak harus, sama sekali tidak harus. Yang dilakukan orang di TV itu juga hanya kiasan juga. Kalau itu kamu anggap jorok, ya ngga usah kamu lakukan. Yang penting, kamu menghormati Ibu dan Ayah, dan semua orang."
Tiba-tiba, istri saya yang tentu saja juga ibu Naura, nyeletuk: "Saya sebagai Ibu, tidak ingin kamu melakukan itu, nak. Saya akan menolak kalau kamu berniat melakukan itu."
Kemudian Naura berlari memeluk ibunya.